Hidup ini pilihan, setiap saat kita selalu berada dalam keadaan memilih. Setiap satu pilihan yang kita pilih dapat menghasilkan banyak jalan bercabang di depan kita. Jika kita memilih jalan yang baik, maka kita pun akan menjadi baik, begitu pun sebaliknya. Gunakanlah kesempatan dengan sebaik mungkin. Selalu berfikir panjang dalam memilih sesuatu. Apa positif dan negatifnya jika kita memilih pilihan itu.
Hidup ini selalu berputar. Aku percaya itu. Karena itu memang sering terjadi dalam kehidupanku. Sering. Bukan pernah, tapi sering. Aku pernah merasakan rasanya berada di posisi paling atas dalam hidup ku, dan juga pernah merasakan berada di posisi paling bawah. Terlalu banyak cobaan yang telah aku lalui, sehingga aku pun menjadi lebih tegar. Menjalani hidup yang lebih sulit dari orang lain. Aku yang masih berusia 12 tahun sudah mulai merasakan sulitnya hidup. Tapi, inilah hidup yang sebenarnya. Ketika aku merasa rendah di banding orang lain, ketika aku merasa lebih sedih di banding orang lain, aku hanya bisa menangis. Menahan semua rasa sakit di dalam hati. Sesak. Itu yang ku rasa saat itu. Menulis semua kesedihan yang sedang aku rasakan di atas lembaran kertas. tidak hanya satu, tapi banyak kertas yang telah aku tulisi dengan kesedihan ku. Berharap suatu saat ada yang membacanya. Dan mengerti semua yang telah aku rasakan. Tapi, lembaran itu mungkin telah hilang sebelum ada yang membacanya.
Mungkin sudah sejak lama aku selalu menulis semua kenangan pahit yang terjadi dalam hidupku.
Dari tahun ke tahun aku semakin kuat dengan keadaan ku. Berusaha tersenyum dalam menghadapi kesulitan, karena aku sadar, apa yang aku rasakan masih belum apa-apa di banding kesulitan yang telah orang tua ku hadapi. Dengan 7 anak yang selalu menyusahkan mereka. Berusaha membuat anaknya tersenyum, meski mereka sedang merasa kesakitan.
Kami bukan berasal dari keluarga kaya. Tapi kami berasal dari keluarga bahagia.
Aku selalu berusaha untuk membanggakan orang tua ku. Meski hanya sedikit. Tapi yang penting mereka bangga jika menyebutkan nama anak-anaknya. Hingga satu ketika aku berada di dalam keadaan memilih. Pilihan ku kali ini dapat menentukan kehidupan ku satu tahun kedepan. Kuliah. Orang tua ku selalu ingin anaknya kuliah di universitas negri. Aku pun mendaftar ke 2 universitas negeri daerah Jakarta dan Depok. Bidik misi SIMAK UI UMB 10 PTN, semuanya gagal. Aku pun mulai melirik universitas swasta dan kebetulan aku mendapat beasiswa di salah satu universitas swasta di Bandung. Meskipun begitu, ibu ku tidak mengijinkan, karena ibu tidak mau aku kost lagi. Cukup SMA saja. Okay, pilihan itu aku hapus. Selanjutnya Universitas swasta dekat rumah. US terbaik Indonesia, aku pun mencoba ujian masuknya. Hasilnya, mendapat grade 2 di jurusan manajemen dan grade 3 di jurusan bahasa inggris. Aku kembali ke prinsip awal ku dan keinginan orang tua ku. Mereka ingin aku kuliah di UN. Aku pun memutuskan untuk melepas US yang padahal sudah di depan mata. Akhirnya aku kembali mengikuti ujian universitas. Untuk yang terakhir ini, aku harus optimis. Aku harus yakin aku bisa. Dan akhirnya aku diterima di UN. Aku benar-benar sangat bersyukur. Pilihan yang benar-benar berdampak besar. Orang tua ku pun tersenyum. Itu yang aku inginkan. Mereka senang dengan keberhasilanku. Orang tua ku benar-benar terbantu, karena mereka tidak perlu memikirkan biaya kuliah ku. kakak ku yang membayarnya.
Jujur saja, saat SMP aku bahkan sulit membayangkan aku bisa kuliah. Karena keadaan ekonomi yang saat itu sangat tidak memungkinkan. Tapi, semuanya perlahan pulih.
Hidup ini selalu berputar. Aku percaya itu. Karena itu memang sering terjadi dalam kehidupanku. Sering. Bukan pernah, tapi sering. Aku pernah merasakan rasanya berada di posisi paling atas dalam hidup ku, dan juga pernah merasakan berada di posisi paling bawah. Terlalu banyak cobaan yang telah aku lalui, sehingga aku pun menjadi lebih tegar. Menjalani hidup yang lebih sulit dari orang lain. Aku yang masih berusia 12 tahun sudah mulai merasakan sulitnya hidup. Tapi, inilah hidup yang sebenarnya. Ketika aku merasa rendah di banding orang lain, ketika aku merasa lebih sedih di banding orang lain, aku hanya bisa menangis. Menahan semua rasa sakit di dalam hati. Sesak. Itu yang ku rasa saat itu. Menulis semua kesedihan yang sedang aku rasakan di atas lembaran kertas. tidak hanya satu, tapi banyak kertas yang telah aku tulisi dengan kesedihan ku. Berharap suatu saat ada yang membacanya. Dan mengerti semua yang telah aku rasakan. Tapi, lembaran itu mungkin telah hilang sebelum ada yang membacanya.
Mungkin sudah sejak lama aku selalu menulis semua kenangan pahit yang terjadi dalam hidupku.
Dari tahun ke tahun aku semakin kuat dengan keadaan ku. Berusaha tersenyum dalam menghadapi kesulitan, karena aku sadar, apa yang aku rasakan masih belum apa-apa di banding kesulitan yang telah orang tua ku hadapi. Dengan 7 anak yang selalu menyusahkan mereka. Berusaha membuat anaknya tersenyum, meski mereka sedang merasa kesakitan.
Kami bukan berasal dari keluarga kaya. Tapi kami berasal dari keluarga bahagia.
Aku selalu berusaha untuk membanggakan orang tua ku. Meski hanya sedikit. Tapi yang penting mereka bangga jika menyebutkan nama anak-anaknya. Hingga satu ketika aku berada di dalam keadaan memilih. Pilihan ku kali ini dapat menentukan kehidupan ku satu tahun kedepan. Kuliah. Orang tua ku selalu ingin anaknya kuliah di universitas negri. Aku pun mendaftar ke 2 universitas negeri daerah Jakarta dan Depok. Bidik misi SIMAK UI UMB 10 PTN, semuanya gagal. Aku pun mulai melirik universitas swasta dan kebetulan aku mendapat beasiswa di salah satu universitas swasta di Bandung. Meskipun begitu, ibu ku tidak mengijinkan, karena ibu tidak mau aku kost lagi. Cukup SMA saja. Okay, pilihan itu aku hapus. Selanjutnya Universitas swasta dekat rumah. US terbaik Indonesia, aku pun mencoba ujian masuknya. Hasilnya, mendapat grade 2 di jurusan manajemen dan grade 3 di jurusan bahasa inggris. Aku kembali ke prinsip awal ku dan keinginan orang tua ku. Mereka ingin aku kuliah di UN. Aku pun memutuskan untuk melepas US yang padahal sudah di depan mata. Akhirnya aku kembali mengikuti ujian universitas. Untuk yang terakhir ini, aku harus optimis. Aku harus yakin aku bisa. Dan akhirnya aku diterima di UN. Aku benar-benar sangat bersyukur. Pilihan yang benar-benar berdampak besar. Orang tua ku pun tersenyum. Itu yang aku inginkan. Mereka senang dengan keberhasilanku. Orang tua ku benar-benar terbantu, karena mereka tidak perlu memikirkan biaya kuliah ku. kakak ku yang membayarnya.
Jujur saja, saat SMP aku bahkan sulit membayangkan aku bisa kuliah. Karena keadaan ekonomi yang saat itu sangat tidak memungkinkan. Tapi, semuanya perlahan pulih.
Aku yakin, kebahagiaan di dapat saat kita dapat menerima keadaan kita yang sesungguhnya. Mensyukuri yang telah kita miliki dan yang telah kita berikan. Selalu optimis dalam setiap kesempatan. Selalu tersenyum dalam menjalani semua cobaan. Jika pun itu sangat sulit, jangan pernah terlalu lama larut dalam kesedihan. Tuhan tahu apa yang terbaik untuk umatnya.
Komentar
Posting Komentar
silahkan tinggalkan jejak anda ^.^b