Merapi via New Selo |
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung yang terletak di Jawa Tengah. Puncaknya memiliki ketinggian 2913 mdpl. Untuk bisa ke puncak Merapi, kita
bisa pilih jalur pendakian sesuai selera masing-masing. Yaitu jalur pendakian
Selo – Boyolali, Kaliurang – Sleman, Sawangan – Magelang, dan Deles – Klaten.
Dari semua pilihan itu, saya pilih
kamu. (eyak.. baper.. --)
Saya dan beberapa orang teman
memilih jalur New Selo untuk pendakian kali ini. Alasannya, kali aja Merbabu
udah buka, jadi bisa belok lagi ke Merbabu. Haha… kami tim gagal move on dari Merbabu.
Tujuan awalnya adalah ke Merbabu,
tapi berhubung Merbabu lagi kebakaran, jadi di belok ke tetangganya.. Merapi. Dua
gunung itu ada di Jawa Tengah dan jalur pendakiannya juga ga terlalu jauh satu
sama lain. Bahkan ada pendaki yang seneng banget kalo main ke Merbabu pasti
sekalian ke Merapi. Katanya sih biar sekalian cape dan liburannya.
Saya dan 5 orang teman saya
berangkat terpisah. Saya berangkat ke Solo Jebres dengan kereta pukul 15.15
wib, sedangkat ke-5 orang teman saya berangkat sekitar pukul 4 sore.
Berhubung itu pertama kalinya
saya naik kereta jarak jauh sendirian, beberapa hari sebelumnya saya sempat
cari-cari info tentang kereta dan stasiun tujuan saya. Dari keisengan itu, saya
dapat beberapa tips yaitu jangan lupa bawa buku bacaan dan mp3 agar perjalanan
tidak terasa membosankan.
Di jadwal, saya akan sampai di
Stasiun Solo Jebres pukul 1 pagi, sedangkan teman-teman saya sampai sekitar
pukul 2 pagi. Di dalam kereta selama 10 jam tanpa orang yang saya kenal,
hasilnya…selama perjalanan, saya hanya duduk sambil membaca buku atau
mendengarkan musik. Di kereta, saya berkenalan dengan mas-mas yang mau ke Malang. Tenang, bukan modus.
“Mas, gimana rasanya ke Malang naik kereta ini, sendirian pula?” Tanya sayaMas yang saya lupa namanya itu cuma bilang “cape sih, tapi ya mau gimana lagi. Dari pada saya ga bisa mudik. Haha”
Sesuai jadwal, saya sampai di Solo Jebres pukul 1 malam.
“Shanti berhasil naik kereta sendiriaaan…… hoooreeee….”
31 Oktober 2015
Sesampainya di Solo Jebres, ada
satu tempat yang harus saya kunjungi, yaitu…..TOILET. maklum, selama perjalanan, saya sama sekali ga bergerak dari tempat duduk.
Saya menunggu ke-5 teman saya di dekat
mushola. Disana ada 2 kursi panjang dan 1 meja disudutnya. Stasiunnya
benar-benar sepi, di tempat tunggu itu hanya ada saya dan seorang ibu. Berhubung
kaki saya mulai kaku karna terlalu lama ditekuk, saya pun memilih untuk
berbaring di kursi sambil menikmati dinginnya malam itu.
Pukul 2, ke-5 teman saya datang.
Kami berdiskusi sebentar sambil
bercerita perjalanan di kereta masing-masing. Tidak lama, kami keluar stasiun
untuk melanjutkan istirahat, diskusi dan ngupi-ngupi sebelum berangkat menuju
New Selo.
Sekitar pukul setengah 4 pagi,
kami berangkat ke New Selo menggunakan Taxi atau lebih cocoknya disebut mobil
sewaan + driver
Setelah mampir sana-sini, pukul 5
pagi kami sampai di New Selo..
Kami pun mendapat ucapan selamat
datang dari semesta berupa matahari terbit.
Sesi foto-foto pun dimulai hingga
pukul setengah 6 pagi.
Merbabu |
Puas berfoto, kami membagi tugas, 2 orang turun lagi ke
bawah untuk mendaftarkan tim kami ke pos pendakian sekalian beli beras yang
ternyata lupa kami beli.
Pendakian dimulai sekitar pukul
setengah 8 pagi.
Bang Dedet, Kang Asep, Bang Ophe, Mang Yadhi, A Toto, Shanti |
Huh..hah..huh..hah..
Berhubung saya wanita sendiri di
tim itu, saya pun memutuskan untuk berjalan di depan. Karena berdasarkan
pengalaman, kalau saya berjalan di paling belakang, saya pasti akan tertinggal.
jalur menuju gerbang TNGM |
1 jam perjalanan, kami sampai di gerbang
Taman Nasional Gunung Merapi.
Kami istirahat sebentar sambil
sarapan, dan tidak lupa.. foto-foto lagi. Hhe
Disini masih banyak pohon dan
rumput, dan beberapa orang penduduk pun masih terlihat mengambil rumput untuk pakan
ternak di sini.
Apa yang unik di tempat ini?
Target kami camp di Pasar Bubrah,
jam berapa pun…
Sebelum sampai di Pasar Bubrah,
kami harus melalui 2 pos, yaitu Pos 1 dan Pos 2. PINTER…
Tapi, meskipun hanya 2 pos, di
jalur pendakian Merapi ini ternyata banyak tempat asik untuk duduk dan tempat
bagus untuk foto-foto. Nah.. biasanya 2 hal itu yang bisa bikin waktu pendakian
bertambah lama. Sebut saja itu godaan menuju Bubrah.
Sampai pos 1 pukul 11 siang, masih
banyak pepohonan jadi jalurnya masih adem. Tapi setelahnya, pohonnya jarang dan
panas karena sengatan panas matahari pun sangat TEEERRAAASAAAA..
Di Pos 1 ada saung lagi, yang
sama nyamannya kaya di gerbang TNGM. Banyak pendaki yang singgah disana untuk
istirahat. Jadi, kalo duduk bagi-bagi ya.. jangan dikuasai sama kelompok
sendiri aja.
1 jam istirahat sambil
ngemil-ngemil udah cukup untuk ngembaliin tenaga kami, paling tidak perut saya
jadi rada tenang sedikit dan ga teriak-teriak terus.
Pukul 12 siang, lumayan menyengat
tapi nikmati saja perjalanannya.
Menuju pos 2 ada satu tanjakan
yang berhasil membuat kami lebih sering berhenti. Di tanjakan tanpa pohon
tinggi ini kami masih bisa mendengar suara adzan dari masjid terdekat.
Kami berkenalan dengan romongan
dari mahasiswa Unpad, Bandung. Rencananya mereka juga akan camp di Pasar Bubrah.
Jalur pendakian menuju Pasar
Bubrah ini benar-benar di luar dugaan. Tanjakannya bikin pengen ngecamp aja,
tapi setelah lewat tanjakan itu – yang entah namanya apa – kita dibikin takjub
sama pemandangannya, meskipun lebih banyak batu disbanding pohon. Tapi ya
inilah Merapi.. dengan pesonanya..
Setengah 4 sore, akhirnya kami
sampai di Pasar Bubrah.
Apa yang kami lihat disana??
Tidak ada
pendaki lain yang camp disana, kami jadi tim pertama yang sampai.. yeaaay…
Lah teruuus???
Lupa ya? Karna sesungguhnya nyari
tempat untuk pasang tenda itu siapa cepat dia dapat. Haha..
Oh ya, itu yang dari Bandung gimana?
Sempet ketemu deket Pasar Bubrah,
tapi mereka campnya ga jadi di Bubrah. Padahal belum sempet minta pin bbm atau
nomor mereka -___- #ehmodus
Keadaan Pasar Bubrah saat itu |
Foto-foto, pasang tenda,
bersih-bersih, makan, tiduuuur…
Selamat Pagi…
Hari kedua di Merapi,
Angin di sini LUMAYAN, buktinya
tenda kami sampai ikutan goyang dari malam sampai pagi dan flysheet yang di
pasang di depan tenda ikutan melayang-melayang gara-gara lepas talinya. Dahsyaat…
Pukul 6 pagi, masih pada
leyeh-leyeh di dalam tenda. Yang mau muncak tiba-tiba galau berat.
Ya gitu deh hidup, selalu ada
pilihan.. mau lanjut tidur di tenda atau naik ke puncak.
Termasuk saya, dari kemarin saya
ga ada niat untuk ke puncak karna serem aja liat jalurnya yang berpasir dan
penuh batu, tapi nyatanya… saya malah ikutan muncak.
Setelah meyakinkan hati dan
mengisi baterai hape, saya mulai muncak pukul setengah 7 pagi. 3 orang udah
duluan jalan.
Muncak : Bang Ophe, Kang Asep,
saya
Nunggu di tenda : Bang Dedet,
Mang Yadhi
A Toto?? Ga tau ke puncak mana
Berhubung saya belum pernah ke
Semeru, jadi sempet kaget dan hampir nyerah sendiri pas jalan di pasir menuju
puncak. bahkan saya sampai tidak berani untuk mengambil sarung tangan saya yang
tertinggal di belakang saya sekitar 2 langkah.
“Mba, ini sarung tangannya? Saya pake dulu ya” tiba-tiba ada mas-mas ngomong di samping saya.“oh, iya mas, untuk masnya aja deh. Tadi saya ga berani ambil soalnya. Haha..” jawab saya sambil bingung mau ngelangkah ke mana lagi.“Ayo mba.. semangat..”“Iya mas, makasih yaJ”
Mas-mas itu pun lanjut jalan, dan
herannya mas itu jalannya cepet banget, berasa lagi jalan di batu aja bukan di
pasir.
Jalan terus, panik terus, saya
butuh pegangaaaan…
“Emak.. maju susah, mundur takut.
Ini gimana ke Semeru kalo begini aja nyerah?”
“Shaan.. ayoook..” bang Ophe teriak dari atas“Iyaaak, tunggu”
Setelah setengah jam, saya dan
bang Ophe sampai di puncak.
Lah, satunya lagi?
Kang Asep turun lagi pas di jalur
pasir, soalnya perutnya sakit.
Puncak Merapi, salah satu puncak
yang menurut saya menyeramkan, bukan cerita horror.. tapi.. tingginya itu loh…
udah sampingnya terjal pula…
Kami di puncak hanya 15 menit,
karena saya ga bisa terlalu lama di atas. Takut mabok gara-gara ketinggian.
Turunnya, saya dibelakang bang
Ophe lagi, dan cara jalan saya ternyata salah, jadi pasirnya masuk semua ke
sepatu gara-gara kaki tenggelem terus di pasir.
Bang Ophe bisa lari di pasir,
saya?? Jalan tapi kaki ga tenggelem di pasir aja udah bagus deh.. haha
Saya sampai di Pasar Bubrah lebih
dari setengah jam. Ini ga tau jam di kamera rusak atau kenyataan.
Baru kali ini turun lebih lama dibanding
naik, sama kaya berat badan lah yaa..
Istirahat, cekikikan,
bersih-bersih, makan, bongkar tenda, packing untuk turun, dan tidak lupa..
dangdos dulu biar ga terlalu butek mukanya.
Setengah 9 pagi, kami siap untuk
turun. Kami turun dengan kecepatan orang kelaparan dan cuma istirahat sebentar
karena kebetulan perbekalan sudah hampir habis.
“Mba, itu tenda temannya bukan yang di bawah?” Tanya bapak (penduduk sana) saat kami melanjutkan jalan lagi dari pos 2“Bukan pak”
Bapak itu melanjutkan dengan
bahasa Jawa.
Ternyata, api dari gunung Merbabu
sudah merembet ke Merapi. Kami yang memang ingin turun melanjutkan lagi
perjalanan dengan kecepatan maksimal masing-masing.
Sampai di gerbang TNGM, kami
bertemu dengan satu rombongan pendaki dan ranger Merapi. Katanya apinya sudah
dekat dan pendaki yang ada di pos 2 harus di evakuasi semua ke Pasar Bubrah.
Rombongan pendaki yang baru
memulai pendakiannya pun ikut membatalkan pendakiannya. Kalau pun memaksakan
diri untuk tetap mendaki, mereka harus bisa dengan cepat sampai di Pasar Bubrah
sebelum api. Mas, yakin mau balapan sama api? Di pos 1 keatas lebih banyak daun
kering loh…
Kami pun tidak bisa lama-lama
disana dan harus segera menuju pos New Selo.
Pukul 12 kami sampai di pos New
Selo.
Daaan…. Istirahat sambil
ngupi-ngupi.
Alhamdulillah.. pendakiannya lancar dan
kami masih sehat hingga pulang.
Perjalanan belum selesai, liburan kami tersisa 1 hari lagi.
Berjalan lebih jauuuuh.... menyelam lebih dalaam.. - Banda Neira
Apa yang kami lakukan hingga esok tiba?
Sekitar pukul 1 siang, kami jalan lagi menuju Masjid yang sebelumnya kami singgahi (saya lupa namanya)
Kami bersih-besih terlebih dahulu
sebelum menuju Solo untuk menginap. Tidak lama, kami mendapatkan kendaraan
untuk ke Solo. Perjalanan menuju Solo lebih tenang, kami yang lelah
memanfaatkan untuk tidur selama perjalanan.
Sampai di Solo - tepatnya warung
di samping stasiun Solo Jebres – kami istirahat lagi dan membereskan isi tas.
Pukul 7 malam, jalan-jalan ala
bocah ilang pun dimulai. Tujuan pertama yaitu keraton terdekat dari Solo
Jebres. Setelah muter-muter, ternyata tempat tujuannya sudah sepi, akhirnya
kami pun mampir ke Pusat Grosir Solo untuk makan malam.
Cape keliling, kami kembali ke
tempat kami menginap. Ala backpacker, kami menumpang tidur di warung yang tadi
kami titipkan tas kami.
Di sebrang stasiun Solo Jebres ada
angkringan yang pilihan makanan cukup banyak, kami sempat mampir untuk
ngopi-ngopi di angkringan. Di belakang angkringan ada pasar yang cukup besar. Nah,
di dalam pasar ada Masjid juga, jadi tenang deh, ga akan ketinggalan sholah
jamaah.
FYI, kalau kamu kebelet tapi
toilet umumnya sudah dikunci, kamu bisa menumpang di toilet stasiun. Tapi sebelumnya
Tanya dulu ke petugas yang ada disana. Kalau sudah dibolehkan, kamu harus
titipkan ktp asli ke petugasnya.
Hari ke-3 di Solo
Selamat pagi Solo yang tenang.
Tujuan pagi ini yaitu Keraton
Surakarta, yang kebeulan tidak terlalu jauh. Kami kesana tanpa menggunakan
kendaraan alias jalan kaki.
Para Pejalan |
Pukul 9 kami sampai di Keraton
Surakarta dan kami menjadi pengunjung pertama.. yeeaay…
Keraton Surakarta Hadiningrat ini
terdiri dari istana dan lingkungan pendukungnya, seperti gapura (pintu gerbang)
yang disebut Gladag pada bagian Selatan. Kemudian ada dua Alun-alun di sebelah
Utara dan Selatan kompleks Keraton. Juga terdapat Masjid Agung dan Pasar Batik
yang terkenal yaitu Pasar Klewer.
Untuk masuk ke kawasan Keraton,
pengunjung diharuskan memakai pakaian yang sopan, dilarang menggunakan sandal, topi
dan kacamata hitam (kecuali sedang sakit mata).
Disana kami dibimbing oleh
pemandu khusus dari keraton. Beliau yang menjelaskan mengenai sejarah dari
keraton Surakarta.
Selesai dari keraton Surakarta,
kami mampir ke pasar Klewer yang letaknya tidak jauh dan memang sejalur dengan
jalan menuju stasiun.
Pukul 12 siang kami masih
keliling di Solo, perut mulai lapar dan sebelum ke Stasiun Solo Jebres untuk
istirahat kami mampir dulu untuk makan.
Lagi-lagi kami tidak menggunakan
kereta yang sama untuk pulang ke Jakarta, ke-5 teman saya naik kereta ke Pasar
Senen sekitar pukul 4, sedangkan saya menggunakan kereta yang datangnya tengah
malam, alias pukul 12 malam.
“Yakin berani nunggu kereta
sendirian?”
“Berani ko. Tenang aja, paling cuma
sedih. Hha”
"Kadang, kita menemukan rumah justru di tempat yang jauh dari rumah itu sendiri. Menemukan teman, sahabat, saudara, mungkin juga cinta. Mereka yang memberikan rumah itu untuk kita, apa pun bentuknya. Tapi yang paling menyenangkan dalam sebuah perjalanan adalah menemukan diri sendiri; sebuah rumah yang sesungguhnya. Yang membuat kita tak akan merasa asing meski berada di tempat asing sekalipun." - Life Traveler
Sumber lainnya:
Wikipedia, http://www.soloinfoid.com, http://www.kerajaannusantara.com
merapi tak pernah ingkar janji, keren banget dah nih gunung
BalasHapuskeren banget blognya seru
BalasHapusDanisa Butter Cookies Website