Lanjutin cerita yang ini
Absen dulu deh ya....
Kawah-kawah??
Udah
Sungai Kecil?
Udah
Danau Hijau?
Udah
Hutan Mati?
Udah
Jadiiii........ yang belum, ya... Tegal Alun ^^
Menuju Tegal Alun
Hujannya ngeledek. Beberapa kali kami berhenti untuk istirahat sekaligus berteduh.
Gerimisnya hanya sebentar, tapi kami mulai kelaparan (lagi)
Aji yang masih menyimpan roti tawar dan susu kental manis dengan sigap langsung mengeluarkan persediaan itu dari tasnya.
Perjalanan menanjak menuju Tegal Alun tidak terlalu sepi, karena kami bertemu dengan beberapa rombongan yang ingin ke Tegal Alun juga, bahkan saat kami sedang berteduh ada pendaki lain yang - dengan sempatnya - menawarkan kami rain cover yang dia pakai. Benar-benar sambil menyelam minum air.
Selain itu rombongan yang terdiri dari 3 orang - yang ternyata berasal dari Depok (juga) - bercerita kalau sebenarnya tadi mereka bersama dengan rombongan anak-anak SMP. Tapi saat istirahat sebentar rombongan anak SMP itu menghilang.
SERIUS DEH, INI BUKAN CERITA HOROR
Karena memang sebelum kami bertemu dengan rombongan dari Depok itu, kami bertemu rombongan anak-anak SMP terlebih dahulu dan mereka sedang makan siang di dekat Hutan Mati.
Setelah kami selesai makan, rombongan dari Depok itu juga ternyata ingin istirahat sebentar. Salah satu dari mereka mengeluarkan air mineral dan sebungkus minuman energi serbuk. Aji yang sedang melihat, tiba-tiba ditawarkan minuman serbuk itu, padahal mereka hanya punya sebungkus.
Kurang lebih percakapannya seperti ini
"Mau a?" kata si pendaki dari Depok
"Serius nih?" Aji langsung mendekat
Aa yang dari Depok hanya mengangguk
Tanpa basa-basi Aji langsung mengambil minuman serbuk itu.
JANGAN PERNAH NAWARIN MAKANAN/MINUMAN KE AJI, KALO CUMA PUNYA SATU. DIA GA PEKA!
Okeh, lanjut....
Sudah cukup istirahatnya, kami melanjutkan lagi.
Kali ini kami bertemu dengan "TANJAKAN MAMANG"
Maksudnya apa coba??
Tanjakan aja pake ngungkit-ngungkit gender --"
Di tanjakan itu, kami sempat bertemu dengan sumber air alias selang air milik penduduk setempat. Tidak ingin kehausan di tengah jalan, para lelaki pun berhenti sebentar untuk mengisi persediaan air yang sudah mulai kosong.
Air penuh, lanjut jalan lagi.
DAAAANN...........
TEGAL ALUUUUUUN........... YEAAAAY!
![]() |
Shanti, Athifah, Intan (Abang) Jajang, Somat, Aji |
Bunga Edelweis bertebaran. INI INDAAAH......!
Berhubung di Tegal Alun ini tanahnya landai atau rata, pendaki bisa membuat camp disini.
Jujur saja, saya iri dengan pendaki lain yang membuat camp disini.
Lagi-lagi, rombongan kami sibuk dengan sesi pemotretan.
Rombongan dari Depok mulai mendirikan tenda, dan rombongan anak-anak SMP tadi ternyata bahkan sudah sempat tidur di dalam tenda mereka. -____-"
Pukul 12, kami mulai lapar untuk kesekian kalinya. Hujan mulai turun, dan hanya rombongan kami yang tidak membawa tenda. Akhirnya Abang memmbuatkan kami bivak dari ponco. Meski tas basah, yang penting kami tidak kehujanan.
Selesai membuat bivak, kami melanjutkan acara masak-masak. Beruntung, Abang sempat memasak nasi sebelum tidur (tadi malam) jadi kami masih bisa makan nasi di Tegal Alun.
![]() |
poooose di bawah ponco |
![]() |
Menu hari ini, SEADANYA |
Berhubung hanya sisa mie instant, jadi kami hanya memasak mie.
Tapi, yang awalnya saya kira akan kurang, ternyata malah lebih. Dan saya pun harus mengeluarkan the power of "ABISIN GA!!"
sama seperti di Tampomas, mau tidak mau yang di panci harus habis. Jadi, waktunya keliling.....
Satu orang satu suap, dan akhirnya makanannya pun habis. So... mari pulang.....
Pukul 1 siang, kami turun kembali. Kali ini tujuan kami adalah Podok Saladah - tempat untuk camp.
Karena tadi sempat hujan deras, tanah menuju Pondok Saladah menjadi basah. Saya yang hanya memakai sepatu kets, sangat dibuat kesulitan. Jelas saja, sepatu menjadi sangat licin sehingga harus berhati-hati melangkah *macam busway*
Entah pukul berapa - yang pasti masih siang - perjalanan menuju pondok saladah tertunda, karena kami ingin mampir ke air terjun sebentar, kebetulan tidak jauh dari Ancur.
menuju air terjun, jalanannya Ancur |
Somat dan Abang pergi ke atas air terjun dengan jalan memutar.
Athifah, Intan dan Saya sibuk foto-foto.
Aji sibuk membersihkan badannya di adir terjun kecil yang tidak jauh dari tempat kami menaruh tas.
Airnya cukup dingin dan dapat membuat badan menjadi menggigil.
![]() |
Aji kebelet pup.. |
Awalnya saya dan para wanita hanya bermain di daerah yang bawah, dan sama sekali tidak mencoba untuk ke air terjun yang di atas. Tapi karena tiba-tiba abang datang dan mengajak untuk mencoba kesana, akhirnya Intan dan Athifah mengikuti jejak si gundul abang. -___-"
Karena saya memang tidak yakin dari pertama, jadi saya hanya bisa memanjat batu pertama sedangkan Athifah dan Intan masih terus keatas.
Benar saja, saat ingin kembali kebawah, keberanian saya hilang. Saya tidak mampu loncat ke batu yang ada sejengkal dibawah kaki saya karena memang kondisi batunya licin dan dialiri air.
Jadi, cara lain untuk kembali adalah lompat ke pasir yang ada di sebelah tumpukan batu. Pasir padat itu kira-kira 1meter dibawah kaki saya.
"YAKIN SHAN, YAKIN"
Daaan...... Buuug...
Makhluk cantik dengan berat 57kg jatuh ke pasir.
"ngga sakit sih cuma malu aja, masa kalah sama dua makhluk itu" *jongkok dipojokan*
Hari semakin gelap, udara pun semakin dingin. Aji yang sudah selesai mandi dari tadi, masih sibuk dengan masalah perapian dan bivaknya. Tangannya gemetar, mungkin karena dia tidak membasahi badan lebih lama.
Abang, Athifah dan Intan sudah selesai bermain di air terjun, kami pun mulai memasak air untuk menghangatkan diri.
Tidak sadar, ternyata sudah pukul 4 sore. Kami harus segera kembali ke pos awal, karena kami harus kembali ke Depok malam itu juga dan tidak ada tawar menawar.
Perjalanan kali ini terasa lebih dingin, jelas saja, sebelumnya kami bermain air padahal udaranya sudah semakin dingin.
Kami terus berjalan, medannya yang menurun terasa lebih licin setelah di basahi air hujan. Celana yang saya pakai pun menjadi sangat kotor, dan sepatu hancur karena tanah-tanah yang menempel.
Beberapa kali kami bertemu dengan pendaki lain yang ingin ke puncak.
Setelah kurang lebih sejam, karena cara jalan yang lama, Podok Saladah mulai terlihat. Sudah banyak orang yang berkumpul disana sepertinya memang akan ada acara besar.
Sebelum masuk ke kawasan Pondok Saladah, kami harus bertemu dengan sungai kecil yang tertutupi rumput. Kami harus berhati-hati jika tidak ingin sepatu basah. Tapi, karena sepatu dan celana saya basah, sekalian saja saya membersihkannya, kan lumayan.
Sungai ini bisa dijadikan tempat bermain jebakan. Karena memang benar-benar jebakan.
"Salah langkah, kaki basah"
Bahkan kaki Athifah sempat terjebak di lumpur. Kaki nya susah diangkat, karena memang terjebak cukup dalam. Beruntung kami bisa mendapatkan pengalaman seperti itu, meskipun memalukan tapi kami masih memiliki alasan untuk tertawa.
![]() |
the most beautiful moment >.< |
Sudah lelah dan puas dengan foto-foto yang kami ambil, kami melanjutkan perjalanan menuju pos kedatangan yang hingga sekarang saya tidak tahu namanya. Semuanya terasa lebih ringan dan sangat menyenangkan.
deket kawah yang ga jauh dari pos |
Komentar
Posting Komentar
silahkan tinggalkan jejak anda ^.^b